Sabtu, 11 Juni 2011

KEHAMILAN YANG DISERTAI PENYAKIT DIABETES, PENYAKIT JANTUNG, DAN GANGGUAN PENCERNAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, masih banyak penyakit yang menyertai kehamilan. Banyak penyakit yang baru muncul ketika seorang wanita mengalami kehamilan. Misalnya saja,hipertensi , hiperemeseis gravidarum, masalah pencernaan, dan sebagainya. Selain itu, penyakit yang memang sudah diderita oleh wanita hamil sejak sebelum hamil seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, bisa saja memperparah kondisi ibu yang dapat berdampak buruk pada kehamilannya.
Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal angka kematian yang tinggi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kehamilan dan persalinannya selain itu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik, pengobatan medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung. Namun beberapa hal yang dihadapi wanita berpenyakit jantung yang mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena dapat mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Penyakit yang Menyertai Kehamilan?
2. Bagaimana Kehamilan yang Disertai Penyakit Diabetes Mellitus?
3. Bagaimana Kehamilan yang Disertai Penyakit Jantung?
4. Bagaimana kehmilan yang Disertai Gangguan/Maslah Pencernaan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Penyakit Yang Menyertai Kehamilan
2. Mengetahui Kehamilan Yang Disertai Penyakit Diabetes Mellitus
3. Mengetahui Kehamilan Yang Disertai Penyakit Jantung
4. Mengetahui Kehamilaan Yang Disertai Gangguan/Maslah Pencernaan




BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Yang Menyartai Kehamilan
Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan saling mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan.
Kehamilan yang mana ibunya menderita penyakit pastilah tidak sama penanganan atau kadang terdapat perbedaan asuhan yang akan diberikan. Dalam pemberian obat kita harus bisa menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang diberikan. Karena seperti yang kita ketahui kebanyakan obet dapat memberikan efek teratogenik yang dapat menyebabkan kematian janin. Olehnya itu kita harus bisa mengetahui apa obat yang cock untuk ibu yang tidak membahayakan anaknya. Sehingga dengan penanganan yang tepat penyakit yang menyertai kehamilan dapat meminimalkan efek pada keadaan ibu dan janin.

B. Kehamilan Yang Disertai Penyakit DM
• Definisi
Diabetes mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang.
• Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Diabetes Melitus pada kehamilan memiliki dampak serius pada ibu dan bayinya bila tidak ditatalaksana dengan baik. Ada 2 jenis DM pada kehamilan yaitu
1) DM yang sudah dialami sejak sebelum hamil (DM pra gestasional);
2) DM yang baru dialami sejak hamil (DM gestasional/DMG).
• Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
• Gejala
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
 sering buang air kecil (polyuri),
 selalu merasa haus (polydipsi), dan
 sering merasa lapar (polyfagi).
Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar gula darah.


• Komplikasi pada Ibu dan Bayi
Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.
Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan kematian janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan > 4). Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan)
Komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes mellitus gestasional adalah :
1. Komplikasi maternal (ibu) : Infeksi saluran kemih, hidramnion, hipertensi kronik, preeclampsia, kematian ibu.
2. Komplikasi fetal (janin) : Abortus spontan, kelainan kongenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intrauterin.
3. Komplikasi neonatal (bayi usia kurang dari 30 hari) : Prematuritas, kematian intrauterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemi, hipomagnesemi, hipokalsemi, hiperbilirubinemi, sindrom gawat napas, polisitemia, thrombosis vena renalis.
4. Komplikasi anak : Gangguan tumbuh kembang, intelektual, obesitas, sampai diabetes mellitus itu sendiri.
• Pencegahan
Konsensus PERKENI, 1997 menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penyaring (screening) pada pertemuan antenatal pertama. Bila hasilnya positif maka dapat disimpulkan terjadi diabetes mellitus gestasional. Tetapi bila hasilnya negatif, maka dianjurkan melakukan tes ulangan pada usia kehamilan 26-28 minggu. Dinilai dari keefektifan tes, hasil positif tertinggi akan diperoleh pada kehamilan 26-28 minggu.
Berikut ini adalah kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan dan kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI:
Kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan (1964):
Diagnosis Kadar glukosa darah (mg/dl)
Batas nilai normal <90 1 jam pasca puasa <165 2 jam pasca puasa <145 3 jam pasca puasa <125 Diagnosis ditegakkan apabila terdapat dua atau lebih hasil yang abnormal. Kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI: Kadar glukosa darah (mg/dl) Kriteria >200 Diabetes mellitus
140–200 Toleransi glukosa terganggu
<140 Normal

Pemeriksaan yang dianjurkan dari modifikasi WHO-PERKENI ini adalah pemeriksaan kadar glukosa darah dua jam pasca pemberian beban glukosa 75 gram.
• Penanganan
Secara umum, ada 4 cara pengendalian DMG yaitu perencanaan makan dan aktivitas jasmani, terapi obsetrik, dan obat hipoglikemik oral dan terapi insulin, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Penatalaksanaan DMG bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, serta kesakitan dan kematian perinatal oleh karena itu harus dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
Pemantauan pada ibu dengan DMG meliputi seluruh aspek yang berhubungan dengan resistensi insulin. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada periode pasca melahirkan antara lain.
a) gangguan metabolisme glukosa dan
b) risiko cardiovascular disease,
c) Proses menyusui,
d) Penggunaan kontrasepsi,
e) Pencegahan menjadi DM tipe 2.
Meskipun sebagian besar ibu dengan DMG akan kembali normal pasca melahirkan namun tetap ada risiko berkembang menjadi DM tipe 2. Oleh karena itu penatalaksanaan diabetes pada kehamilan sebaiknya dilakukan dengan optimal sehingga dapat menurunkan risiko kematian pada ibu dan bayi.
1. Perencanaan makanan (diet)
Penanganan DMG yang terutama adalah diet, yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet wanita hamil adalah kebutuhan kalori pada wanita hamil tidak sama dengan wanita normal sekalipun wanita hamil tersebut menderita kencing manis.
Dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
• Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
• Kalori kegiatan jasmani 10-30%
• Kalori untuk kehamilan 300 kalor
• Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).


2. aktivitas jasmani (Olahraga)
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah
3. Terapi Insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.
4. Terapi obsetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja, tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, pre-ekalmpsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam. Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka perlu
C. Kehamilan Yang Disertai Penyakit Jantung
• Definisi
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan anatomic pada berbagai system organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi perobahan hormonal didalam tubuhnya, Perobahan yang terjadi dapat mencakup system gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perobahan yang terjadi pada satu system dapat saling memberi pengaruh pada system lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perobahan yang terjadi pada masing-masing system, Perobahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolic yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
• Diagnosis
Dari anamnesis sering diketahui bahwa wanita itu penderita penyakit jantung baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan yang terdahulu terutama pada penyakit demam reumatik.
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria :
a. Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
b. Pembesaran jantung yang jelas
c. Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
d. Aritmia
Pada wanita hamil yang tidak menunjukan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala decompensasi jantung pasien harus di golongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
 EKG untuk mengetahui kelainan irama, kardiomegali, tanda penyakit perikurdium iskemia, atau infark dapat dikemukakan tanda-tanda aritmia.
 Ekokardiografi untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik katup dan pericardium.
 Pemeriksaan radiology dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan di abdomen dan pelis.
• Patofiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena
a. Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu
b. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.
Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah). 12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
• Gejala
Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
 cepat merasa lelah,
 jantung berdebar-debar
 sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),serta
 bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda.
Manifestasi klinis mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis. Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
a. Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum
b. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 – 20% dan ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
c. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik
d. 4-5 hari seetelah peralinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.
Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronkhi yang menetap di dasar paru dan tidak hilang seteah menarik nafas dalam 2-3 kali.
Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click, late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolic, dan cardio megali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.
• Pengaruh paada kehamilan dan persalinan
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan terhadap Penyakit Jantung
 Pada kehamilan 32 – 36 minggu terjadi hipervolumia
 Pada kala II, dimana wanita hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung berat.
 Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
 Pada masa nifas, kemungkinan terjadi infeksi. ifikasi dan insiden
• Pencegahan
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
a. EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit pericardium, iskemia, infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.
b. Ekokardigrafi. Meteode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahu kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan peri kardium
c. Pemeriksaan Radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberi perlindung diabdomen dan pelvis.
• Penanganan
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
 Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
 Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk. Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural. Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic. Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera. Tidak diperbolehkan memaki ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar. Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menyusui.
 Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic.
 Kelas IV
Harus dirawat di RS . Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantungn untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.


D. Kehamilan Yang Disertai Penyakit Masalah Pencernaan
• Definisi
Gangguan pencernaan wanita hamil disebabkan oleh gangguan hormon kehamilan, janin yang semakin membesar, dan memenuhi rongga perut anda, plus gaya hidup serta pola makan anda sebelum hamil. jadi jika sebelum hamil anda sudah memiliki masalah pencernaan, anda harus ekstra waspada sebab mungkin penyakit itu bertambah parah apabila gaya hidup anda tidak berubah.
1. Hipermesis :
• Definisi
Hipermesis atau mual dan muntah wajar dialami wanita di 12 minggu pertama kehamilannya karena perubahan hormon. Selama trisemester pertama anda dianjurkan untuk mengurangi porsi dan menambah frekuensi makan serta menghindari minuman berkarbonasi. Umumnya mual, atau muntah akan berakhir setelah melewati minggu ke-12 kehamilan.Namun jika mual atau muntah berlangsung lebih lama dan parah sampai anda menderita dehidrasi (hiperemesis gravidarum), Anda harus mewaspadainya sebab bayi didalam kandungan bisa ikut kekurangan cairan. Beberapa indikasi Hiperemesis lain mencakup :
 Rendahnya kadar sodium, klorida, dan potasium dalam darah
 Dalam beberapa kasus, detak jantung bisa lebih dari 100 detak / menit dan tekanan darah menurun.
 Berat badan turun 5% dari berat badan sebelum hamil.
 Ketidakseimbangan gizi dan metabolisme.
 Tidak bisa beraktivitas normal.
• solusi
Solusinya bagi anda penderita hiperemesis parah, anda perlu mendapatkan penanganan langsung di rumah sakit, karena anda perlu diopname untuk mendapatkan cairan dan juga makanan melalui infus sebagai pengganti cairan tubuh atau nutrisi yang hilang. Dokter jaga akan memberi anda obat anti mual dan muntah, serta obat-obatan lain yang akan disesuaikan dengan tingkat keparahan hiperemesis anda. Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengurangi masalah ini :

 Istirahat lebih panjang. Bila dokter menyarankan bed rest, lakukanlah meski anda tetap harus sedikit bergerak mengingat otot perlu peregangan.
 Minumlah teh herbal, jahe, atau pepermint. banyaklah minum untuk menggantikan air yang hilang.
 Terapi hipnosis. kendalikan keinginan muntah dengan hipnosis dan andapun bisa meneruskan terapi ini sampai persalinan tiba.
 Jangan segera turun tempat tidur sewaktu bangun pagi tetapi makanlah biskuit dengan teh hangat. Makanan atau minuman hangat bisa meredakan badai di perut anda.
 Hindari makanan berminyak dan berlemak seperti goreng-gorengan dan santan sebab dapat menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.
2. Konstipasi
• Definisi
Konstipasi adalah kondisi pencernaan dimana anda bisa buang air besar kurang dari tiga kali seminggu. Konstipasi adalah masalah umum yang dialami wanita hamil dan pasca melahirkan. Hormon kehamilan yang tinggi membuat pergerakan otot pada usus besar melambat. selain itu, janin yang makin besar akan menekan usus besar sehingga mengganggu aktivitas normalnya. Pasca melahirkan, konstipasi diakibatkan oleh episotomi (pengguntingan dan penjahitan kembali bibir vagina), atau pada persalinan caesar, yang mana usus besar lumpuh sementara karena pembiusan. Konstipasi memiliki berbagai gejala seperti sulit buang air besar, kembung, atau bentuk kotoran keras dan kecil-kecil. sebaiknya begitu anda merasakan ingin buang air besar,segeralah ke kamar mandi sebab menahan buang air besar akan membuat konstipasi semakin parah
• Solusi :
 Jalan cepat selama 30 menit perhari dapat membuat usus besar anda menegang sehingga nada tidak merasa kembung
 Minum setidaknya 10 gelas air putih perhari, karena selama kehamilan, jumlah air yang terserap dari pencernaan ke dalam darah meningkat.
 Mintalah resep suplemenkalsium, setidaknya 200 mg per tablet dengan dosis 5-6 kali per hari dan multivitamin yang mengandung ekstra zat besi,folat, dan vitamin B kepada doter kandungan anda. Jika memungkinkan , konsumsilah folat sejak 3-6 bulan sebelum anda hamil.
 memperbanyak konsumsi serat. pilih roti gandum utuh daripada ropi putih biasa. Tambahkan buah dan sayur dengan kulitnya pada menu anda. Pecahkan jadwal makan anda menjadi 5-6 kali makan porsi kecil kaya serat
 Dalam beberapa kasus, pencahar diperlukan untuk kasus konstipasi yang berkelanjutan. dokter kandungan anda akan memberikan resep pencahar yang aman untuk menurunkan ketegangan di dinding usus serta melembutkan kotoran agar dapat keluar dengan mulus.
3. Heartburn
• Definisi
Heartburn atau reflux adalah rasa panas di bagian ulu hati hingga ke kerongkongan karena asam lambung yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya hormon progesteron pada kehamilan trsemester pertama. Bagi penderita sakit lambung (maag), perlu lebih waspada terhadap heartburn.
• Solusi:
 Hindari makanan berlemak, gurih dan gorengan, serta hindaru juga kafein, rokok dan alkohol.
 Kurangi konsumsi sayuran seperti kol, selada dan brokoli yang tinggi gula. meski sehat, sayur-sayuran itu akan meningkatkan jumlah asam di perut.
 Tunggu satu jam setelah makan sebelum anda berbaring.
 Jika anda sedang mengalami heartburn, konsumsi yoghurt atau segelas susu. anda bisa tambahkan sesendok madu ke dalam susu yang hangat.
 Sebelum mengonsumsi obat atau menjalani perawatan untuk masalah fisik ataupun mental, anda perlu menimbang antara manfaat dan resiko. Obat-obatan memiliki manfaat menyembuhkan tetapi bisa jadi ada efek samping terhadap janin.Jadi, selalu konsultasikan kesehatan anda ke dokter kandungan sebelum mengonsumsi obat bebas sekalipun.
4. Hernia hiatus diafragmatika
Hernis histus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung kedalam lubang diafragma. Kelainan ini seringdijumpai dalam kehamilan kira-kira 17 % terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis,muntah, kadang-kdang hematisis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.

5. Gastritis
Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasar keluhan penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri didaerah epigastrium dan sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata penderita tidak menderita gastritis akan tetapi mungkin emesis (hiperemesis), pirosis, esofagitis. Penderita diobservasi dan ditentukan terapi konservatif seperti gastritis diluar kehamilan .
















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan saling mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan.
2. Diabetes mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik.
3. Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
4. Gangguan pencernaan wanita hamil disebabkan oleh gangguan hormon kehamilan, janin yang semakin membesar, dan memenuhi rongga perut anda, plus gaya hidup serta pola makan anda sebelum hamil. jadi jika sebelum hamil anda sudah memiliki masalah pencernaan, anda harus ekstra waspada sebab mungkin penyakit itu bertambah parah apabila gaya hidup anda tidak berubah.
B. SARAN
1. Sebagai saran kami, sebagai penolong persalinan kita harus bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan resiko cacat atau kematian janin. Kita harus bisa megetahui penanganan yang tepat atau pengobatan yang aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara fisiologi. Selain itu, kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat terdeteksi secara dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar